Mohamad Sholeh-Kepala Asrama. |
orangtua pada sebuah panti jompo/werdha/rumah lansia dari masyarakat di lingkungan.
Persepsi negatif atau anggapan tidak menghormati tersebut
bisa jadi banyak
benarnya. Namun menurut
hemat penulis, kondisi
tersebut tidak sepenuhnya
benar. Dalam konteks
berdirinya rumah lansia,
rumah ini memiliki
dasar baku, yakni melindungi mereka
(lansia) rentan. Rentan
di sini merujuk
pada kesepian (ketiadaan
teman), tidak beruntung
secara ekonomi (miskin),
dan terakhir rawan tersakiti. Hadirnya
rumah lansia adalah
sebagai jawaban atas kerentanan tersebut.
Yakni sebagai tempat
perlindungan.
Setelah mengetahui tiga dasar pendirian
rumah lansia tersebut,
marilah melongok ke sejulah rumah lansia seperti
Rumah Lansia BSD, di Jalan Perumahan Anggrek
Loka, Blok AA/22,
Sektor II.2 BSD, Kota Tangerang
Selatan sebagai contoh
untuk membuktikan kebenaran.
Tanyakanlah kehidupan kepada
mereka sebelum bertempat
tinggal di Rumah Lansia BSD dan setelah
kini tinggal. Bahagiakah
mereka? Senangkah mereka?
Nyamankan mereka? dan seterusnya. Atau, sebaliknya, (1) faktor kesepian;
mereka lebih bahagia
dengan cara hidup mereka yang lama, sendirian
dirumah sementara anak dan sanak keluarga sibuk bekerja, atau nyaman hidup dengan pembantu,
ataukah seharian hanya bercanda dengan
hewan kesayangan seperti
kucing dan ajing,
atau burung. Atau, (2) faktor
miskin; mereka lebih suka hidup serba kekurangan,
makan tak teratur,
bahkan ketika sakit kesulitan untuk berobat, bahkan
tempat tinggal yang layak itu masih berupa
impian meski kini usianya sudah lansia. Atau, (3) faktor
rentan tersakiti; mereka
lebih suka hidup di keluarga
dengan tensi emosi tinggi, kerap dibentak-bentak, bahkan
kerap mendapat perlakuan
kasar seperti pukulan
bahkan dorongan-dorongan fisik kasar. Nah, tentunya itu semua pilihan
yang harus direnungkan.
Terlepas adanya persepsi
negatif dan angapan
tidak menghormati orangtua
tersebut, secara umum dapat penulis
paparkan kembali jika rumah lansia
sebenarnya rumah dimana
isinya adalah opa-opa
dan oma-oma berkumpul
dan dilindungi dari tiga bahaya
tersebut. Tidak hanya itu, rumah lansia juga menjadi tempat
para lansia mengekpresikan diri dalam kegiatan
positif, seperti membuat
kerajinan, menyapu, mengepel,
mandi secara mandiri,
dan bahkan lansia
perempuan tampak pula masak bersama.
Kegiatan tersebut berjalan
aman, karena lansia
mendapat pengawasan dari pengurus. Sekarang,
bayangkan kondisi sebaliknya,
jika seorang nenek masak sendirian
di rumah, menghadapi
kompor listrik, elpiji
dan sejenisnya tanpa pengawasan. Jelas itu sangat
berbahaya, terlebih-lebih memasuki
sisa usia mereka
umumnya memasuki penurunan
ingatan (pikun). Bayangkan
jika lupa mematikan
listrik, kompor atau sejenisnya.
Tinggal di rumah lansia selain
sebagai tempat berkumpul,
secara sederhana juga menjadi tempat
bersenang-senang atau mencari
hiburan bagi lansia.
Seperti karaoke, senam,
bercanda, ke pasar (bagi lansia
yang sehat dan mampu berjalan
dengan baik), bahkan
aktivitas ngerumpi yang sangat mereka
gemari. Tak ketinggalkan
tempat bagi mereka
untuk mengkisahkan sejarah
di kala masih muda. Ada yang mengaku
dahulu seorang pramugari
yang cantiknya seujung
jagat, ada yang mengaku di kala muda berhasil membangun
banyak perusahaan, ada yang mengaku
di kala muda pernah melintang
jagat berkeliling dunia dan masih banyak lagi. Itu semua merupakan contoh
bawaan psikologi lansia
yang sebenarnya sejarahnya
membutuhkan pengakuan dari yang muda. Namun apalah
daya, saat masa ingin pamer ini sudah waktunya diluapkan,
orang yang seharusnya
menjadi pendengar seperti
anak, cucuk, saudara,
bahkan orang lain justru tidak berada di sampingnya. Faktornya
banyak sekali, ada yang bekerja,
ada yang meninggal,
dan ada pula yang sengaja
menelantarkan.
Selain faktor mencari
kesenangan, secara sederhana
rumah lansia adalah
rumah untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan di kala memasuki
masa-masa sisa usia. Di saat tubuh mereka
terus mengalami penurunan,
nutrisilah yang sangat
mereka butuhkan, seperti
vitamin, madu, atau susu serda kandungan gizi lain yang mereka butuhkan
untuk menghambat laju percepatan masa tuanya. Bahkan,
rumah lansia memiliki
sejumlah program untuk mengajekkan pentingnya
menjaga kesehatan. Seperti
Rumah Lansia BSD memiki program
asupan gizi, pemeriksaan
kesehatan dan gizi serta serba-serbi
lainnya untuk menjaga
kesehatan.
Itulah sepenggal tulisan
mengenai apakah rumah lansia atau yang familiar
disebut panti jompo itu. Di sini penulis
hanya memberikan gambaran
latar belakang mengapa
ada rumah lansia
dan mengapa opa-opa
dan oma-oma senang
tingal di sana, bukan memberikan
rekomendasi menitipkan orangtuanya
ke panti jompo.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar